15 September 2011

PERJODOHAN # 4 : Misteri gadis berjilbab


 Handphone berdering. Fajar hanya menoleh enggan ke arah benda kecil di atas tempat tidurnya dan tidak berusaha meraihnya. Ia mengacuhkannya dan kembali memusatkan perhatiannya ke arah layar laptop yang sejak beberapa jam tadi dipelototinya. Namun sekitar dua menit, kembali handphone itu bernyanyi. Lampunya menyala terang, sehingga terlihat getaran yang ditimbulkannya. Dengan kesal akhirnya Fajar bangkit meninggalkan meja kamputernya. Ternyata Selvi.  Ia menjawab telpon itu dengan nada malas dan agak ketus.
Kalau tidak ingat bahwa gadis itu yang diharapkan mamanya kelak menjadi istrinya, ia tidak akan memperdulikan panggilannya di telpon. Apalagi Selvi hanya membicarakan hal-hal yang sama sekali tidak penting baginya. Hanya ucapan-ucapan basa basi  yang membuatnya muak. Lagi pula Selvi akan mengadu pada mamanya perihal telpon yang tidak dijawabnya.
Ketika hendak kembali menekuni pekerjaan kantornya yang dibawanya di rumah, ia sudah sulit sekali berkonsentrasi. Kekesalannya pada Selvi, mengingat keinginan mamanya untuk menjodohkan Selvi dengan dirinya, juga menyadari kebodohannya yang tak mampu mencari sendiri seorang calon istri. Semua itu membuat kacau isi kepalanya dan ketika hendak memaksakan diri kembali mengutak-atik pekerjaan kantornya, mendadak ia merasa kepalanya pening.
Ia merebah di atas kasur. Berusaha memejamkan matanya. Suatu ketika ia pernah bermimpi bertemu dengan seorang gadis berjilbab. Tidak tahu dari mana datangnya, tiba-tiba cewek itu muncul dengan jarak beberapa meter dari arahnya. Pakaiannya rapi dengan nuansa warna hijau lembut dari mulai jilbab, baju dan rok panjangnya yang menutupi seluruh bagian kakinya.  Fajar menaksir mimpinya tak lebih dari sebuah bunga tidur. Namun anehnya, meski hanya sekali dan dalam waktu sekejap ia bertemu dengan gadis berjilbab itu, namun bayangannya terus mengendap di dalam ingatannya. Seolah ia melihatnya nyata dan bukan dalam mimpi.
Fajar merenung dan terus memikirkan mimpinya. Ia mulai mendapat semacam hidayah.  Karena semenjak itu  ia menegaskan dirinya bahwa ia akan berusaha mendapatkan seorang pacar atau calon istri seorang yang berjilbab. Selvi tentu saja bukan termasuk kategori di dalamnya. Dia nggak pakai jilbab, dan selalu mengenakan pakaian ketat atau rok pendek sepaha setiap kali datang ke kantor.  Sehingga semua lelaki selalu punya kesempatan menikmati sebagian kemulusan bagian tubuhnya yang sengaja dipertontonkan itu. Beberapa gadis di kantornya yang memakai jilbab sungguh tidak ada yang memenuhi seleranya. Ada saja kekurangann yang terlihat di matanya. Lalu iapun berusaha melupakan mimpinya, sampai ia bertemu dengan Prastiwi suatu hari di sebuah toko buku di kawasan alun-alun.
Prastiwi juga tidak berjilbab. Tapi entah kenapa ia selalu membayangkan wajah gadis berjilbab dalam mimpinya itu adalah Prastiwi. Prastiwi selalu mengenakan celana panjang dan blus panjang atau kaus yang di rangkapi sebuah jaket. Hanya dengan melilitkan sebuah kain di kepalanya ke arah lehernya, jadilah dia gadis berjilbab. Tapi Prastiwi tidak pernah memakai jilbab. Seperti yang dilihatnya selama ini. Mungkinkah  mimpi itu menggambarkan sebuah akhlak islami dengan isyarat sebuah jilbab? Oh, Fajar benar-benar berharap Prastiwilah gadis dalam mimpinya itu.
Tapi tiba-tiba ia melihat kenyataan Prastiwi mengaku seorang pecinta alam. Seorang yang ternyata suka mendaki gunung. Cewek macam apa dia? Sesungguhnya liar dan bengal. .Pantas saja ia sering mengatakan kalau sering nongkrong dan pulang ke rumah saat larut malam. Cewek baik-baik akan pulang ke rumah usai kuliah. Diam di rumah, belajar. Bukannya berkeliaran hingga tengah malam. Fajar juga heran kenapa seolah ia juga terperangkap dengan kisahnya yang selalu blak-blakan ia ungkapkan Waktu itu ia pernah cerita tentang tingkah polah konyol teman-temannya yang tengah mabuk. Uh, jangan-jangan ia termasuk anak-anak yang tengah mabuk itu. Gumam Fajar dengan hati gusar.
Lalu siapa gadis berjilbab dalam mimpiku itu ya Allah? Tolong berikan petunjuk kepadaku! Desahnya dalam sebuah  liris doa. Aku benar-benar nggak punya bayangan tentang seseorang yang bisa kuajukan ke hadapan mama. Apakah Selvi pada akhirnya yang akan menjadi istriku? Aku sungguh tidak pernah mencintainya.
(tunggu...)
>=< >=< >=<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar